Makan
dan minum secukupnya
Agar
cantik dan tampan, akhwat dan ikhwan tidak boleh makan seenaknya/sesukanya
dengan penuh kerakusan, tapi makan sebatas dapat menegakkan tulang-tulangnya
untuk mendapatkan tenaga dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Ingatlah
firman Allah swt.: "…makan dan minumlah, janganlah
berlebih-lebihan/melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan." (Q.S. Al A’raaf 7: 31). Kemudian dalam sebuah
hadits diterangkan: "Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw. sabdanya:
"Orang-orang kafir makan dengan tujuh perut, dan orang mukmin makan dengan
sebuah perut." (H.R. Muslim).
Rasulullah
saw. menghindari makan dan minum berlebih-lebihan. Beliau makan dan minum hanya
pada saat perut terasa lapar dan mengisi perut dalam tiga bagian, sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Akibat
banyak makan biasanya mudah obesitas, mudah terkena penyakit, cenderung malas
ibadah, malas bekerja. dll.
Berolah
Raga
Supaya
kecantikan/ketampanan yang telah Allah swt. anugerahkan pada kita dapat dijaga,
upayakan kondisi fisik selalu bugar melalui olah raga sesuai minat/usia
masing-masing. Aturlah waktunya disela-sela kesibukan yang ada. Dalam suatu
hadits diterangkan: "Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." (H.R. Muslim).
Dengan
berolah raga insya Allah jasad kita dapat lebih terawat, sehingga kondisi
tersebut dapat membantu ikhwan/akhwat melaksanakan tugas rutin sehari-hari
dengan energik.
Menjaga
kebersihan
Yang
perlu dijaga kebersihannya adalah seluruh anggota badan dan pakaian. Hadits
Bukhari menerangkan: "… Mandilah pada hari Jumat dan keramaslah
meskipun kau tidak dalam keadaan junub dan pakailah wewangian…" Perbedaan
wewangian antara ikhwan dan akhwat ada, yaitu: Dari Abu Hurairah r.a., dia
berkata: Parfum pria adalah yang tercium aromanya dan tidak tampak warnanya
dan parfum wanita adalah yang tampak warnanya dan tidak tercium aromanya."
(H.R. Tirmidzi dan An-Nasa’i). Ikhwan/akhwat hendaknya dapat menjaga
penampilan diri dari bau keringat yang tidak sedap.
Juga
dalam hadits Bukhari dan Muslim diterangkan kebersihan badan seseorang dengan
menjaga lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut
kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.
Untuk
kebersihan pakaian, Imam Ahmad dan Nasai meriwayatkan hadts dari Jabir r.a., ia
berkata: "Rasulullah saw. pernah mengunjungi aku. Ketika beliau melihat
seorang laki-laki lewat dengan pakaian lusuh dan kumal, beliau bertutur:
Rupanya ia tidak mempunyai sabun untuk mencuci pakaiannya itu." Pada
hadits ini, Rasulullah saw. tidak menyukai seseorang yang bertemu dan berkumpul
dengan orang lain memakai baju yang kotor dan lusuh selama ia mampu mencuci dan
membersihkannya.
Rasulullah
saw. mengajarkan kita bahwa pakaian seorang muslim harus selalu rapi dam
bersih, sehingga penampilannya sedap di pandang mata. Tentu saja, pakaian
tersebut tidak perlu yang selalu baru apalagi kebiasaan mengoleksi baju dengan
jumlah berlebih-lebihan, yang terpenting adalah rapi dan bersih, karena pakaian
yang menjadi rizki kita sesungguhnya apa-apa yang sampai tidak dapat terpakai
lagi oleh diri masing-masing.
Menjaga
kebersihan gigi dan mulut, "Seandainya tidak memberatkan kepada umatku,
pasti aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat." (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Memelihara
kebersihan rambut, Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa yang
memiliki rambut, maka hendaklah ia menghormatinya (memeliharanya)." (H.R.
Abu Daud dan Abu Hurairah r.a.). Menghormati rambut itu maksudnya
membersihkan, menyisir, memberi wewangian (minyak rambut), dan memeliharanya
dengan baik. Islam tidak menyukai orang yang membiarkan rambutnya
berantakan/acak-acakan, kotor, dan bau.
Merapikan
Diri
Firman
Allah swt.: "Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah
yang Dia keluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rizki yang baik-baik?" (Q.S. Al A’raf 7: 32).
Dalam
menafsirkan ayat tersebut, Imam Qurthuby berkata: "Imam Makhul
meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia bercerita: "Pernah sekelompok sahabat
menunggu Rasulullah saw. di depan pintu. Ketika beliau hendak keluar menemui
mereka, beliau bercermin di air yang ada di dalam bejana di dalam rumah.
Setelah beliau merapikan rambut dan jenggotnya, aku (Aisyah) berkata:
"Engkau lakukan ini, wahai Rasulullah?" "Ya, bila seseorang akan
menjumpai saudaranya hendaklah ia merapikan dirinya. Karena sesungguhnya Allah
itu indah dan mencintai keindahan," jawab Rasulullah saw."
Setiap
orang perlu memelihara kerapian dirinya, janganlah membiarkan diri dalam
penampilan kusut dan kumal dengan dalih ingin zuhud. Rasulullah saw. sendiri
menganjurkan untuk berpenampilan rapi, padahal beliau adalah orang yang paling
tawadhu dan zuhud.
Maka,
selama memperapi diri itu tidak berlebihan, Allah swt. menganjurkan, "Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa
pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui." (Q.S. Al A’raf 7: 31-32).
Namun
wanita muslimah tidak boleh tabaruj. Allah swt. telah melarang tabaruj melalui
Q.S. An-Nur 24 : 60 dan Q.S. Al Ahzab 33 : 59. Menurut Ibnu Katsir, tabaruj
berarti wanita yang keluar rumah dan berjalan/memamerkan diri di hadapan
laki-laki (tabaruj jahiliah). Menurut Bukhari, tabaruj adalah tindakan seorang
wanita yang menampakkan kecantikannya kepada orang lain, dan menurut Muqatil
tabaruj adalah wanita yang melepaskan jilbabnya, memperlihatkan kalung dan
gelangnya.
Juga
wanita muslimah yang benar selalu sadar dan ingat pada konsep sikap tawazun
(pertengahan/keseimbangan) dalam segala hal, jangan sampai berdandan/merapikan
diri berlebih-lebihan atau mengukur penampilan diri berdasarkan kekayaan
materi. "Celakalah hamba dinar dan dirham dan hamba sutera dan beludru.
Jika ia diberi nikmat, ia senang dan bila tidak diberi ia benci." (H.R.
Bukhari).
Yang
terakhir, agar penampilan ikhwan/akhwat dapat cantik dan tampan perlu
dilengkapi dengan terpeliharanya unsur akal pikiran dengan ilmu. Memang, tidak
semua orang punya kecerdasan dan kesempatan yang sama. Tetapi, ikhwan/akhwat
harus selalu mencari dan meminta tambahan ilmu kepada Allah swt., sebagaimana
diterangkan dalam firman Allah swt., "…Dan Katakanlah, "Ya Rabbi,
tambahkanlah kepadaku ilmu." (Q.S. Thaha 20: 114). Dalam sebuah hadits,
Aisyah r.a berkomentar: "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka
tidak malu-malu untuk bertanya dalam rangka tafaquh fiddin (mendalami masalah
agama)." (H.R. Bukhari Muslim).
Oleh
karena itu, yang perlu tetap diusahakan adalah memiliki kepedulian untuk selalu
berusaha menambah/memahami/mengamalkan ilmu Islam sedikit demi sedikit, adanya
proses mencari ilmu sampai akhir hayat, sebab hal tersebut akan menjadi
landasan berfikir dan beramal seseorang. Begitu pula ilmu lainnya, kita
pelajari sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt.
Sehingga insya Allah, dengan terpadunya unsur hati, jasad/fisik, dan ilmu pada
diri ikhwan dan akhwat, ketampanan dan kecantikan kita dapat membawa
keselamatan dunia dan akhirat. Wallahu A’lam Bishshawab.
Ya
Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di hadapanku,
cahaya di belakangku, cahaya di kananku, cahaya di kiriku, cahaya di atasku,
cahaya di bawahku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada penglihatanku, cahaya
pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku, cahaya pada darahku,
cahaya pada tulang-tulangku. Wahai Tuhanku, besarkanlah bagiku cahaya dan
berikanlah bagiku cahaya dan jadikanlah padaku cahaya dan tambahkanlah padaku
cahaya, tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya. Aamiin.